BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kecerdasan seseorang menunjang orang
tersebut untuk berorganisasi dalam masyarakat. Kecerdasan tidak bisa didapat
secara instan, namun harus dengan proses mendapatkan kecerdasan tersebut. Orang
yang terbilang kurang cerdas dapat menjadi cerdas apabila orang tersebut terus
berlatih, baik berlatih untuk kecerdasan intelektual, emosi, maupun untuk
memupuk spiritual. Orang yang cerdas secara intelektual belum tentu cerdas
secara emosi. Ketidak seimbangan hal tersebut dapat menjadikan ketimpangan
dalam diri seseorang. Ketiga kecerdasan tersebut (intelektual, emosi, dan
spiritual) seharusnya seimbang agar mencapi kecerdasan yang sesungguhnya.
Untuk mengukur kecerdasan seseorang,
pada zaman ini telah banyak tes yang bisa dilakukan. Pengukuran-pengukuran
tersebut dapat menjadi tolak ukur kecerdasan yang dicapai seseorang. Namun hal
tersebut tidak permanen. Sesuai dengan tingkatan ada patokan tertentu yang
mendasari kecerdasan seseorang, umur dan daerah tempatnya hidup.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
di maksud dengan IQ, EQ, dan SQ?
2.
Apa saja
tingkatan IQ?
3.
Bagaimana
cara mengatasi anak berdasarkan tingkatan IQ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian IQ, EQ, dan SQ.
2.
Mengetahui
tingkatan IQ.
3.
Mengetahui
cara mengatasi anak berdasarkan tingkatan IQ.
D.
Manfaat
Dapat memahami pengertian
IQ, EQ, SQ, dan tingkatan IQ, serta cara mengatasi anak berdasarkan tingkatan
IQnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian IQ,
EQ, SQ, dan Indigo
1.
Kecerdasan Intelektual (IQ).
Orang sering kali
menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari
Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan.
Dengan demikian, IQ
hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient
atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan
kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari
Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet
dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut
dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ)
merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.
Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Inti kecerdasan intelektual ialah
aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya
sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan kita. Namun
demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30% seluruh cadangan kalori
yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan
masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ
yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang
sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5% dan untuk orang jenius memakainya 5-6%.
Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94%.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang
ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang
peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ
atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun.Daya
tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari
keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup. IQ atau daya
tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada
sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi
memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang
kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping
faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan
emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai
berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan
IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan
bahasanya akan cepat dan banyak.
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah:
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah:
Usia Mental Anak
|
x
100 = IQ
|
Usia Sesungguhnya
|
Contoh : Misalnya anak pada usia 3
tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara
seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti
IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133. Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah
sebagai berikut :
TINGKAT KECERDASAN
|
IQ
|
Genius
|
Di atas 140
|
Sangat Super
|
120-140
|
Super
|
110-120
|
Normal
|
90-110
|
Bodoh
|
80-90
|
Perbatasan
|
70-80
|
Moron / Dungu
|
50-70
|
Imbecile
|
25-50
|
Idiot
|
0-25
|
Menurut Laurel
Schmidt dalam bukunya Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas ( Dalam Habsari
2004 : 3) membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Kecerdasan
fisual/spesial ( kecerdasan gambar) : profesi yang cocok untuk tipe kecerdasan
ini antra lain arsitak, seniman, designer mobil, insinyur, designer graffis,
komputer, kartunis, perancang intrior dan ahli fotografi.
2.
Kecerdasan veerbal/linguistik ( kecerdasan Berbicara):
Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain:
pengarang atau menulis, guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter,
pengacara, penterjemah, pelawak.
3.
Kecerdasan musik: Profesi yang cocok bagi yang memiliki ini
adalah peenggubah lagu, pemusik, penyaanyi, disc jokey, guru seni suara,
kritikus musik, ahli terapi musik, audio mixier (pemandu suara dan bunyi).
4.
Kecerdasan logis/matematis ( Kecerdasan angka): Profesi yang
cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ahli metematika, ahli
astronomi, ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota, penaksir kerugian
asuransi, pialang saham, analis sistem komputer, ahli gempa.
5.
Kecerdasan interpersonal (cerdas diri): Profesi yang cocok
bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang,
resepsionis, pekerja sosial, pekerja panti asuhan, perantara dagang, pengacara,
manajer konvensi, ahli melobi, manajer sumber daya manusia.
6.
Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul): profesi yang
cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah politik, ahli kearsipan,
ahli agama, ahli budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.
2.
Kecerdasan Emosional (EQ).
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil
penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap
manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran
emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence
Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Daniel
Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa
“kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang
80% ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional.
Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi
pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya
menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam
dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang
positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang
yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya
berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi. Hubungan
antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara
satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah
otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan
emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual. Beberapa
pengertian EQ yang lain, yaitu :
a. Kecerdasan emosional
merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang
lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri
sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999).
b. Emosi adalah perasaan
yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat
dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira,
kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).
c. Kemampuan mengenal
emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan sendiri pada saat perasaan itu
muncul dari saat-kesaat sehingga mampu memahami dirinya, dan mengendalikan
dirinya, dan mampu membuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’
oleh emosinya.
d. Kemampuan mengelola
emosi adalah kemampuan menyelaraskan perasaan (emosi) dengan lingkungannnya
sehingga dapat memelihara harmoni kehidupan individunya dengan
lingkungannya/orang lain.
e. Kemampuan mengenal
emosi orang lain yaitu kemampuan memahami emosi orang lain (empaty) serta mampu
mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain yang dimaksud.
f. Kemampuan memotivasi
diri merupakan kemampuan mendorong dan mengarahkan segala daya upaya dirinya
bagi pencapaian tujuan, keinginan dan cita-citanya. Peran memotivasi diri yang
terdiri atas antusiasme dan keyakinan pada diri seseorang akan sangat produktif
dan efektif dalam segala aktifitasnya.
g. Kemampuan
mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola emosi orang lain atau emosi
diri yang timbul akibat rangsang dari luar dirinya. Kemampuan ini akan membantu
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara memuaskan dan mampu
berfikir secara rasional (IQ) serta mampu keluar dari tekanan (stress).
Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan
bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat
keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.Makanya, orang yang
EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik. Kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh
yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati
sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak
hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam
dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir
akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi.Orang yang
EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat
dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua
pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik,
sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat
merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat . Di samping itu, kecerdasan
emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas,
ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ
mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal)
seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi
diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal)
seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang
memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik
.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun
menyakitkan.Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang
yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam
berkomunikasi. Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin “hablun min
al-naas”. Pusat dari EQ adalah “qalbu”. Hati mengaktifkan nilai-nilai yang
paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang
dijalani.Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak.
Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati
merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk
belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
Daniel Goleman
didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka keja kecakapan ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi
yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
2.
Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui
kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri yang tinggi.
3.
Pengaturan diri: yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan
diri dan mengembangkan sifat dapat dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan
inovasi.
4.
Motivasi: yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi , berkomitmen,
berinisiatif, dan optimis.
5.
Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan
seseorang harus menangani suatu hubungan.
6.
Empati: yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain,
berorientasi pelayanan dengan mengambangakan orang lain. Mengatasi keragmana
orang lain dan kesadaran politis.
7.
Ketrampilan sosial: yaitu betuk kecakapan dalam menggugah
tenggapan yangdikrhendaki pada orang lain. Kecakapan ini meliputi pengaruh,
komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat
jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kemampuan tim.
3.
Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga
berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di
tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate
Intellegence, Danah Zohar dan Ian
Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai
kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga
bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai
kelebihan dan juga ada kekurangannya.Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal
itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan
pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta. Denah Zohar
dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan
untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan
sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan
SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut,
jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan
keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya.Jadi seharusnya IQ,
EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi,
menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan
tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan
Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual). Selain itu menurut Danah
Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ bekerja
untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam
(telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi
‘pusat-diri’
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa.
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa.
Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa.
Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna
positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya.
Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan
melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar
yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan
spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak
mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki
nilai-nilai itu sendiri.
4.
Anak indigo
Anak indigo atau anak nila (bahasa Inggris : Indigo children) adalah istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau
sifat yang special, tidak biasa, dan bahkan supranatural. Menurut Tober dan Corroll, anak indigo mungkin tidak
memiliki peforma yang baik di sekolah karena menolak mengikuti atauran, lebih
pintar (atau lebih matang secara spiritual) dari guru mereka, dan kurang
tanggap terhadap disiplin yang didasarkan pada rasa bersalah, takut atau manipulasi.
Ciri-ciri anak indigo berdasarkan fisik dan psikologis adalah :
1.
memiliki jiwa yang tua
anak indigo memiliki jiwa yang cendrung lebih tua
disbanding dengan usia sebayanya. Sebagian dari mereka ada yang menunjukkan
pertumbuhan jiwa di usianya yang masih bayi dalam memahami kemapuan berfikir.
Memahami benda-benda dan karakter orang dewasa. Bahkan perkembangan jiwa yang
tumbuh cepat mempengaruhi pertumbuhan fisik seperti tumbuhnya gigi dan kemapuan
motorik yang lebih cepat dibandingkan dengan keadaan normalnya.
2.
Bentuk kepala yang memiliki ciri
khas
Bentuk fisik yang mungkin anda lihat adalah kepala
yang sedikit besar dari anak seusianya terutama terlihat jelas pada bagian
lingkaran kepala, dahi dan kening yang lebih lebar, kuantitas otaknya lebih
besar dikarenakan mempunyai kemampuan dalam menganalisi panca inderanya.
3.
Bentuk daun telinga
Anak indigo dapat dilihat dari daun telinga yang
memiliki perbedaan ketimbang anak lainnya seperti bentuknya yang sedikit keluar
dari kepalanya, telinganya lebih memanjang di bagian ujung atas dan menekuk
bagian kuping bawahnya, hal ini terjadi karena kepekaan dalam pendengarannya di
atas normal.
4.
Mata yang lebih tajam
Anak indigo memiliki tatapan mata yang tajam dan
dalam apalagi di bagian pupil lebih besar di bandingakan dengan anak normalnya,
sehingga terkesan memiliki kemampuan supranatural dalam melihat dimensi-dimensi
lain yang tidak kasat mata.
5.
Tanda kelahiran
Pada anak indigo sering kali ditemukan tanda-tanda
kelahiran yang aneh seperti yang terdapat di dahi, atau kedua matanya. Warna
tanda kelahiran anak indigo biasanya cukup jelas seperti lebam, bekas pukulan,
6.
Bagian tubuh yang sakit
Dalam beberapa kasus anak yang mempunyai
keistimewaan ditemukan pernah mengalami sakit kepala yang tidak tertahankan
kemudian lambung yang melemah. Hal ini dikarenakan adanya stress dalam berfikir
yang keras yang tidak dikehendaki sehingga memerlukan energy yang besar.
Sedangkan lambung yang lemah dikarenakan produksi asam lambung yang meningkat
ketika anak indigo stress.
7.
Kepribadian emosional
Anak indigo memiliki empati yang tinggi disebabkan
karena kepekaan yang lebih pada lingkungannya. Anak indigo juga memiliki rasa
marah yang mendesak sehingga menjadi semangat dalam memperbaiki keadaannya.
Terkadang anak indigo mendengar suara yang diluar batas kemampuannya sehingga
menjadikan dirinya pribadi yang berubah-ubah.
B. Tingkatan IQ
1. Idiot (IQ: 0-29). Idiot
merupakan kelompok individu terbelakang paling rendah. Tidak dapat berbicara
atau hanya mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat mengurus
dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan sebagainya, dia harus
diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal ditempat tidur seumur hidupnya.
Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering
kali umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang
tahan terhadap penyakit.
2. Imbecile (IQ: 30-49). Kelompok
Anak imbecile setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia dapat belajar
berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada
imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya
selalu bergantung kepada orang lain, tidak dapat mandiri. Kecerdasannya sama
dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun.Anak-anak imbecile tidak dapat
dididik di sekolah biasa.
3. Moron atau Debil/Mentally retarted (IQ: 50-69). Kelompok ini sampai tingkat tertentu
masih dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan sederhana, dapat
diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan dan
pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah
luar biasa.
4. IQ dull/ bordeline (IQ: 70-79).Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental. Kelompok ini
berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas).
Secara bersusah paya dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat
melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat
menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP.
5. Normal rendah/below average (IQ: 80-89). Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull
Normal). Kelompok ini termasuk
kelompok normal,rata-rata atau sedang tapi pada tingakat terbawah, mereka agak
lambat dalam belajarnya, mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat
pertama tapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang
SLTA.
6. Normal sedang (IQ: 90-109). Tingkat IQ normal atau rata-rata. Kelompok ini merupkan
kelompok normal atau rata-rata, mereka merupkan kelompok terbesar presentasenya
dalam populasi penduduk.
7. Normal tinggi/above average (IQ: 110-119). Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal).
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat
yang tinggi.
8. Tingkat IQ superior. Cerdas (superior) ,IQ 120-129. Kelompok
ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka seringkali terdapat
pada kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
9. Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139. 131 atau lebih Tingkat IQ sangat
superior atau jenius. Anak-anak very superior lebih cakap dalam membaca,
mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang bilangan, perbendaharaan kata
yang luas, dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor
kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan lebih menonjol dibandingkan anak normal.
10. Genius (IQ: 140+). Kelompok
ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak
bersekolah. Kelompok ini berada pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua
tingkat ekonomi baik laki-laki maupun perempuan. Contoh orang-orang genius ini
adalah Edison dan Einstein.
C.
Keterkaitan IQ, EQ, dan SQ
Seseorang yang
mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya
berdasarkan makna yang diperoleh sehingga ketenangan hati akan muncul. Jika
hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis
menjadi para simpatis. jika seorang sudah tenang karena aliran darah sudah
teratur, maka seseorang akan dapat berpikir secara optimal (IQ) sehingga lebih
tepat mengambil keputusan. Menegemen diri untuk mengolah hati tidak cukup
dengan IQ dan EQ saja, tetapi SQ juga sangat berperan dalam diri manusia
sebagai pembimbing kecerdasan lain.
Orang sukses tidak
hanya cukup dengan kecerdasan intelektual tetapi juga perlu kecerdasan
emosional agar merasa gembira, dapat bekerja dengan orang lain, punya motivasi
kerja, dan bertanggung jawab. Selain itu kecerdasan spiritual juga diperlukan
agar merasa bertaqwa, berbakti, dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan
IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh
dari sebuah alat tes kecerdasan.
TINGKAT KECERDASAN
|
IQ
|
Genius
|
Di atas 140
|
Sangat Super
|
120-140
|
Super
|
110-120
|
Normal
|
90-110
|
Bodoh
|
80-90
|
Perbatasan
|
70-80
|
Moron / Dungu
|
50-70
|
Imbecile
|
25-50
|
Idiot
|
0-25
|
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Spiritual
Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ (Emotional Spiritul Quatient). Jakarta: Arga.
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intellegence. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama.
Anwar, Prabu
Mangkunegara. 1993. Perkembangan
Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ-nya. Bandung: Angkasa.
Saifudin, Azwan. 2002. Pengantar
Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
thanks ea aufa info nya,,kunjungi juga blog saya yurniakit96.blogspot.co.id
BalasHapusmakasih infonya..
BalasHapusterima kasih info nya...
BalasHapusReferensi yang bagus...
BalasHapusReferensi yang bagus...
BalasHapusMakasih atas infonya..
BalasHapus